Lambang THS THM |
THS THM Ranting St.Petrus, Lubuk Baja, Batam (2019)
Keanggotaan
a. Golongan A : Anggota yang berusia 9-12 tahun.
b. Golongan B : Anggota yang berusia 13-30 tahun atau belum menikah.
c. Golongan C : Anggota yang berusia 30 tahun ke atas atau sudah menikah.
d. Golongan D : Anggota lanjut usia yang berusia 50 tahun ke atas.
e. Golongan E : Anggota Penyandang Cacat.
Atribut THS THM
Atribut THS-THM adalah tanda-tanda khusus yang dinyatakan dalam wujud serta bentuk lambang, bendera, seragam, mars, hymne, hormat, salam dan yel-yel.
Lambang
Lambang THS berbentuk perisai merah putih, yang di dalamnya terdapat tangan menyilang dan huruf kapital P berwarna kuning emas di tengah. Di sekeliling perisai terdapat tulisan PENCAK SILAT TUNGGAL HATI SEMINARI warna hitam dengan warna dasar kuning kenari.
Lambang THM berbentuk hati merah-putih yang dibentuk dari untaian Rosario berwarna biru, salib berada di bagian bawah. Di dalamnya terdapat huruf kapital P berwarna kuning emas dan disilang dengan tangan yang memegang setangkai bunga mawar di tangan kiri berwarna putih, dan di tangan kanan berwarna kuning kenari. Di sekeliling hati terdapat tulisan PENCAK SILAT TUNGGAL HATI MARIA warna hitam dengan warna dasar kuning kenari.
Lambang THS berbentuk perisai merah putih, yang di dalamnya terdapat tangan menyilang dan huruf kapital P berwarna kuning emas di tengah. Di sekeliling perisai terdapat tulisan PENCAK SILAT TUNGGAL HATI SEMINARI warna hitam dengan warna dasar kuning kenari.
Lambang THM berbentuk hati merah-putih yang dibentuk dari untaian Rosario berwarna biru, salib berada di bagian bawah. Di dalamnya terdapat huruf kapital P berwarna kuning emas dan disilang dengan tangan yang memegang setangkai bunga mawar di tangan kiri berwarna putih, dan di tangan kanan berwarna kuning kenari. Di sekeliling hati terdapat tulisan PENCAK SILAT TUNGGAL HATI MARIA warna hitam dengan warna dasar kuning kenari.
Bendera
Bendera THS-THM adalah bendera berlambang THS-THM dan di bawahnya terdapat tulisan PRO PATRIA ET ECCLESIA yang merupakan lambang kehormatan dan kebanggaan.
Bendera THS-THM adalah bendera berlambang THS-THM dan di bawahnya terdapat tulisan PRO PATRIA ET ECCLESIA yang merupakan lambang kehormatan dan kebanggaan.
Seragam
Seragam THS terdiri dari baju warna biru lengan panjang dengan lambang di dada kiri, celana panjang warna hitam dengan strip biru melingkar di bagian ujung bawah, dan sabuk stagen putih polos yang dijahit rapi, dengan tanda tingkat di ujung yang menghadap keluar.
Seragam THM terdiri dari baju warna biru lengan panjang yang berkelepak putih pada kedua bahu dari dada ke punggung dan di dekat ujung lengan baju terdapat strip putih yang melingkar. Pada baju terdapat lambang di dada kiri. Celana panjang warna biru dengan strip putih di dekat ujungnya. Stagen putih polos, dilipat dengan ukuran setengah lebar sabuk THS dan dijahit rapi, dengan tanda tingkat di ujung yang menghadap keluar.
Seragam THS terdiri dari baju warna biru lengan panjang dengan lambang di dada kiri, celana panjang warna hitam dengan strip biru melingkar di bagian ujung bawah, dan sabuk stagen putih polos yang dijahit rapi, dengan tanda tingkat di ujung yang menghadap keluar.
Seragam THM terdiri dari baju warna biru lengan panjang yang berkelepak putih pada kedua bahu dari dada ke punggung dan di dekat ujung lengan baju terdapat strip putih yang melingkar. Pada baju terdapat lambang di dada kiri. Celana panjang warna biru dengan strip putih di dekat ujungnya. Stagen putih polos, dilipat dengan ukuran setengah lebar sabuk THS dan dijahit rapi, dengan tanda tingkat di ujung yang menghadap keluar.
Mars
Mars THS-THM adalah lagu yang menyatakan jati diri dan perjuangan THS-THM dalam bentuk nada, irama, dan lirik / syair lagu.
Mars THS-THM adalah lagu yang menyatakan jati diri dan perjuangan THS-THM dalam bentuk nada, irama, dan lirik / syair lagu.
Hymne
Hymne THS-THM adalah lagu yang menyatakan kecintaan kepada Organisasi THS-THM dalam bentuk nada, irama, dan lirik / syair lagu.
Hymne THS-THM adalah lagu yang menyatakan kecintaan kepada Organisasi THS-THM dalam bentuk nada, irama, dan lirik / syair lagu.
Hormat
Hormat adalah sikap menghormat di dalam organisasi dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Berdiri tegak, kaki rapat dengan pandangan lurus ke depan, tangan lurus di samping badan dengan telapak tangan terbuka.
b. Kedua tangan lurus diayunkan ke atas samping sampai kedua telapak tangan bertemu rapat di atas kepala bersamaan dengan itu kaki kiri dibuka selebar bahu.
c. Kedua tangan diturunkan ke depan dada membentuk sembahan dengan telapak tangan kiri menghadap ke atas sebagai tumpuan tangan kanan; ujung ibu jari dan telunjuk tangan kanan bertemu membentuk lingkaran, ketiga jari yang lain merapat tegak lurus ke atas.
d. Pandangan mengikuti gerakan tangan, kepala menunduk kemudian kembali berdiri tegak.
Hormat adalah sikap menghormat di dalam organisasi dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Berdiri tegak, kaki rapat dengan pandangan lurus ke depan, tangan lurus di samping badan dengan telapak tangan terbuka.
b. Kedua tangan lurus diayunkan ke atas samping sampai kedua telapak tangan bertemu rapat di atas kepala bersamaan dengan itu kaki kiri dibuka selebar bahu.
c. Kedua tangan diturunkan ke depan dada membentuk sembahan dengan telapak tangan kiri menghadap ke atas sebagai tumpuan tangan kanan; ujung ibu jari dan telunjuk tangan kanan bertemu membentuk lingkaran, ketiga jari yang lain merapat tegak lurus ke atas.
d. Pandangan mengikuti gerakan tangan, kepala menunduk kemudian kembali berdiri tegak.
Salam
Salam adalah sapaan antar anggota dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Salam diberikan dengan ucapan “Gloria” sambil tangan kanan membentuk skap hormat dan diletakkan pada dada kiri.
b. Salam dibalas dengan ucapan “Deo Gratias” dan tangan kanan membentuk sikap yang sama
Salam adalah sapaan antar anggota dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Salam diberikan dengan ucapan “Gloria” sambil tangan kanan membentuk skap hormat dan diletakkan pada dada kiri.
b. Salam dibalas dengan ucapan “Deo Gratias” dan tangan kanan membentuk sikap yang sama
Yel-yel
Yel-yel adalah kalimat-kalimat pendelk yang diucapkan untuk kalangan intern dengan berbagai cara untuk tujuan yang positif, seperti menambah semangat, mempertinggi rasa persaudaraan, menghidupkan suasana pertemuan/pertandingan/perayaan, dan bersenda gurau.
Sejarah THS-THM
Pada tahun 1983, Seminari Menengah Mertoyudan , Magelang, Jawa Tengah, mengundang seorang frater untuk mengajar. Hal tersebut biasa saja, yang agak aneh adalah frater tersebut diminta untuk mengajar pencak silat. Tentu saja seminari sudah memikirkan "Mengapa Pencak Silat ?". Ternyata dalam "penggodogan" pendidikan calon imam di seminari ditanamkan pula rasa cinta akan tanah air, rasa hormat serta tanggung jawab akan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia tercinta, dan sekaligus mengakar pada iman akan wafat dan kebangkitan-Nya.
Latihan bela diri pencak silat dimulai. Para seminaris yang ikut latihan pertama kali berjumlah 73 orang. Tetapi konyolnya, frater tersebut hanya bisa mengajar bela diri sekali sebulan saja. Secara teoritis tidak mungkin mengajarkan bela diri hanya 2 jam saja dalam 1 bulan. Dilain pihak, sebagai calon imam yang dididik untuk memecahkan persoalan, maka latihan bela diri itupun tetap berjalan walaupun terseok-seok. Apa akibatnya ? Banyak seminaris yang mengundurkan diri, tidak mau lagi mengikuti latihan pencak silat ini.
Memasuki tahun 1984, seminaris yang tetap bertahan mengikuti latihan pencak silat ini tinggal 11 orang. Mulailah diadakan peningkatan latihan beladiri yang lebih berat lagi. Dilaksanakan di Kaliurang, lereng Gunung Merapi, Jawa Tengah, didampingi oleh seorang dokter dan seorang psikolog. Akhirnya latihan tersebut mencapai tahap akhir, berlangsung di pantai Parangtritis, Yogyakarta. Disinilah tercipta jurus-jurus otentik Seminari yang dibuat oleh para seminaris dan frater yang masih muda usia, miskin pengalaman, namun memiliki kebulatan tekad mau berbakti bagi seminari, mau berkorban demi iman dan cinta nan suci pada Ibu Pertiwi. Dari sini muncullah gagasan bersama "Ide menguak masa depan". Beladiri sebagai sarana kerasulan.
Dewan Pendiri dan Motto Perjuangan
Ide menguak masa depan disepakati. Bela diri akan dijadikan sebagai alat kerasulan. Berdirilah Dewan Pendiri, yaitu suatu dewan yang beranggotakan para perintis dan pendiri serta pemrakarsa bentuk-bentuk idealisme kegiatan THS-THM. Mereka terdiri dari sebelas pria berikut ini :
1. Rm. M. Hadiwijoyo, Pr. (bebas tugas, Jakarta);
2. Dr. RMS Haripurnomo Kushadiwijaya (Yogyakarta);
3. St. Adi Satriyo Nugroho, SPd. (Timor Timur);
4. YB. Prasetyo Yudono, MSBA. (Jakarta);
5. Brigjen TNI (Purn) Ign. Imam Kuseno Miharjo (Jakarta);
6. Y. Lilik S. Dwijosusanto, SPd. (Yogyakarta);
7. Benediktus Wiharto, SH. (Bandung);
8. Rm. AG. Luhur Prihadi, Pr. (Pematangsiantar);
9. Rm. R. Heru Subyakto, Pr. (Magelang);
10. Drs. Petrus Agus Salim (Jakarta);
11. A. Bambang Wahjudi, SP. (Muntilan)
bersama dengan empat wanita berikut ini :
1. Dra. MM. Emmy Putraningrum (Yogyakarta);
2. Ibu Imam Kuseno Miharjo (Jakarta);
3. Dra. C. Wahyu Dramastuti (Jakarta);
4. M. Sri Selastiningsih, SE. (Jakarta).
Setiap anggota Dewan Pendiri ditentukan dengan pertimbangan seluruh anggota, dapat keluar atas permintaan sendiri atau dikeluarkan karena tindakan yang jelas bertentangan dengan azas pendirian organisasi Katolik THS-THM ini; seperti terjadi pada mantan anggota Dewan Pendiri : Rm. J. Sandharma Akbar, Pr. (Bogor) yang telah menjalankan kegiatan bertentangan dengan azas pendirian organisasi Katolik THS-THM. Meski demikian nama Romo Akbar ini akan tetap dikenang dan dicatat dalam sejarah THS-THM bahwa pernah menjadi salah satu anggota Dewan Pendiri; kendati saat ini sudah tidak berkarya lagi dalam tubuh organisasi THS-THM.
Sebagian anggota dewan telah terlebih dahulu mempersiapkan kehadiran THS-THM sejak awal 1980-an : Frater Hadiwijaya, Dokter Haripurnomo dan Psikolog Emmy Putraningrum, serta para siswa seminari Mertoyudan yaitu Adi, Heru, Luhur, Lilik, Wiharto, Prasetyo dan Kris serta sejumlah murid seminari Mertoyudan lain. Beberapa individu pernah diperbincangkan untuk menjadi anggota dewan dan tidak diambil keputusan untuk menetapkannya.
Kemudian berkibarlah bendera Beladiri Pencak Silat Katolik Tunggal Hati Seminari, dengan motto perjuangannya "Pro Patria et Ecclesia" - Demi Bangsa dan Gereja. Adapun cara melaksanakan perjuangan kerasulannya adalah "Fortiter in Re Suaviter in Modo" - Kokoh prinsip pendiriannya namun luwes lembut cara mencapainya. Dengan kata lain, sikap yang mau ditampakkan yaitu sikap berani, ulet dan rendah hati. Menghadapi kekerasan dan kekasaran - Berani. Bertemu kebaikan dan kehalusan budi - itu yang dicari. Semua tindakan dan kegiatan dipersembahkan hanya untuk kemuliaan kepada Tuhan.
Kedua frater ditahbiskan menjadi Imam, dipilih Tuhan untuk pelayan umatnya. Realisasi ide beladiri Tunggal Hati Seminari dijadikan alat kerasulan atau sarana pastoral menjadi kenyataan dalam wujud tindakan dan kegiatan-kegiatan. Berkat rahmat Tuhan, kegiatan ini berkembang dan mulai diterima oleh sekelompok muda-mudi Katolik St. Fransiskus Xaverius, Tanjung Priok dan Salib Suci, Cilincing; serta direstui oleh Pastor Paroki Karl Albrecht SJ. Angkatan pertama ini berjumlah 39 orang.
Para seminaris Mertoyudan liburan, organisasi THS semakin dikembangkan oleh para seminaris sebagai panggilan. Mulailah THS ini berkembang ke paroki-paroki yang lainnya, yaitu paroki St. Alfonsus, Pademangan dan Santa Anna, Duren Sawit. Tidak ketinggalan sekolah-sekolah juga dimasuki, yaitu SMP St. Fransiskus II, Cilincing; SMP Tarakanita I, II, III dan IV. THS dikembangkan oleh beberapa Pastor, beberapa Suster, beberapa Frater, beberapa orang tua, beberapa Seminaris dan sekelompok muda-mudi Katolik yang senang untuk membina anak muda.
Pada tahun 1985, bertepatan dengan ditetapkannya sebagai Tahun Pemuda Internasional, pada tanggal 10 November 1985 yang juga bertepatan dengan hari Pahlawan, diresmikanlah di Gelanggang Remaja Jakarta Utara berdirinya Organisasi Beladiri Pencak Silat Katolik Tunggal Hati Seminari. Syukur kepada Tuhan, anggota yang tercatat berjumlah 223 orang.
Yel-yel adalah kalimat-kalimat pendelk yang diucapkan untuk kalangan intern dengan berbagai cara untuk tujuan yang positif, seperti menambah semangat, mempertinggi rasa persaudaraan, menghidupkan suasana pertemuan/pertandingan/perayaan, dan bersenda gurau.
Sejarah THS-THM
Pada tahun 1983, Seminari Menengah Mertoyudan , Magelang, Jawa Tengah, mengundang seorang frater untuk mengajar. Hal tersebut biasa saja, yang agak aneh adalah frater tersebut diminta untuk mengajar pencak silat. Tentu saja seminari sudah memikirkan "Mengapa Pencak Silat ?". Ternyata dalam "penggodogan" pendidikan calon imam di seminari ditanamkan pula rasa cinta akan tanah air, rasa hormat serta tanggung jawab akan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia tercinta, dan sekaligus mengakar pada iman akan wafat dan kebangkitan-Nya.
Latihan bela diri pencak silat dimulai. Para seminaris yang ikut latihan pertama kali berjumlah 73 orang. Tetapi konyolnya, frater tersebut hanya bisa mengajar bela diri sekali sebulan saja. Secara teoritis tidak mungkin mengajarkan bela diri hanya 2 jam saja dalam 1 bulan. Dilain pihak, sebagai calon imam yang dididik untuk memecahkan persoalan, maka latihan bela diri itupun tetap berjalan walaupun terseok-seok. Apa akibatnya ? Banyak seminaris yang mengundurkan diri, tidak mau lagi mengikuti latihan pencak silat ini.
Memasuki tahun 1984, seminaris yang tetap bertahan mengikuti latihan pencak silat ini tinggal 11 orang. Mulailah diadakan peningkatan latihan beladiri yang lebih berat lagi. Dilaksanakan di Kaliurang, lereng Gunung Merapi, Jawa Tengah, didampingi oleh seorang dokter dan seorang psikolog. Akhirnya latihan tersebut mencapai tahap akhir, berlangsung di pantai Parangtritis, Yogyakarta. Disinilah tercipta jurus-jurus otentik Seminari yang dibuat oleh para seminaris dan frater yang masih muda usia, miskin pengalaman, namun memiliki kebulatan tekad mau berbakti bagi seminari, mau berkorban demi iman dan cinta nan suci pada Ibu Pertiwi. Dari sini muncullah gagasan bersama "Ide menguak masa depan". Beladiri sebagai sarana kerasulan.
Dewan Pendiri dan Motto Perjuangan
Ide menguak masa depan disepakati. Bela diri akan dijadikan sebagai alat kerasulan. Berdirilah Dewan Pendiri, yaitu suatu dewan yang beranggotakan para perintis dan pendiri serta pemrakarsa bentuk-bentuk idealisme kegiatan THS-THM. Mereka terdiri dari sebelas pria berikut ini :
1. Rm. M. Hadiwijoyo, Pr. (bebas tugas, Jakarta);
2. Dr. RMS Haripurnomo Kushadiwijaya (Yogyakarta);
3. St. Adi Satriyo Nugroho, SPd. (Timor Timur);
4. YB. Prasetyo Yudono, MSBA. (Jakarta);
5. Brigjen TNI (Purn) Ign. Imam Kuseno Miharjo (Jakarta);
6. Y. Lilik S. Dwijosusanto, SPd. (Yogyakarta);
7. Benediktus Wiharto, SH. (Bandung);
8. Rm. AG. Luhur Prihadi, Pr. (Pematangsiantar);
9. Rm. R. Heru Subyakto, Pr. (Magelang);
10. Drs. Petrus Agus Salim (Jakarta);
11. A. Bambang Wahjudi, SP. (Muntilan)
bersama dengan empat wanita berikut ini :
1. Dra. MM. Emmy Putraningrum (Yogyakarta);
2. Ibu Imam Kuseno Miharjo (Jakarta);
3. Dra. C. Wahyu Dramastuti (Jakarta);
4. M. Sri Selastiningsih, SE. (Jakarta).
Setiap anggota Dewan Pendiri ditentukan dengan pertimbangan seluruh anggota, dapat keluar atas permintaan sendiri atau dikeluarkan karena tindakan yang jelas bertentangan dengan azas pendirian organisasi Katolik THS-THM ini; seperti terjadi pada mantan anggota Dewan Pendiri : Rm. J. Sandharma Akbar, Pr. (Bogor) yang telah menjalankan kegiatan bertentangan dengan azas pendirian organisasi Katolik THS-THM. Meski demikian nama Romo Akbar ini akan tetap dikenang dan dicatat dalam sejarah THS-THM bahwa pernah menjadi salah satu anggota Dewan Pendiri; kendati saat ini sudah tidak berkarya lagi dalam tubuh organisasi THS-THM.
Sebagian anggota dewan telah terlebih dahulu mempersiapkan kehadiran THS-THM sejak awal 1980-an : Frater Hadiwijaya, Dokter Haripurnomo dan Psikolog Emmy Putraningrum, serta para siswa seminari Mertoyudan yaitu Adi, Heru, Luhur, Lilik, Wiharto, Prasetyo dan Kris serta sejumlah murid seminari Mertoyudan lain. Beberapa individu pernah diperbincangkan untuk menjadi anggota dewan dan tidak diambil keputusan untuk menetapkannya.
Kemudian berkibarlah bendera Beladiri Pencak Silat Katolik Tunggal Hati Seminari, dengan motto perjuangannya "Pro Patria et Ecclesia" - Demi Bangsa dan Gereja. Adapun cara melaksanakan perjuangan kerasulannya adalah "Fortiter in Re Suaviter in Modo" - Kokoh prinsip pendiriannya namun luwes lembut cara mencapainya. Dengan kata lain, sikap yang mau ditampakkan yaitu sikap berani, ulet dan rendah hati. Menghadapi kekerasan dan kekasaran - Berani. Bertemu kebaikan dan kehalusan budi - itu yang dicari. Semua tindakan dan kegiatan dipersembahkan hanya untuk kemuliaan kepada Tuhan.
Kedua frater ditahbiskan menjadi Imam, dipilih Tuhan untuk pelayan umatnya. Realisasi ide beladiri Tunggal Hati Seminari dijadikan alat kerasulan atau sarana pastoral menjadi kenyataan dalam wujud tindakan dan kegiatan-kegiatan. Berkat rahmat Tuhan, kegiatan ini berkembang dan mulai diterima oleh sekelompok muda-mudi Katolik St. Fransiskus Xaverius, Tanjung Priok dan Salib Suci, Cilincing; serta direstui oleh Pastor Paroki Karl Albrecht SJ. Angkatan pertama ini berjumlah 39 orang.
Para seminaris Mertoyudan liburan, organisasi THS semakin dikembangkan oleh para seminaris sebagai panggilan. Mulailah THS ini berkembang ke paroki-paroki yang lainnya, yaitu paroki St. Alfonsus, Pademangan dan Santa Anna, Duren Sawit. Tidak ketinggalan sekolah-sekolah juga dimasuki, yaitu SMP St. Fransiskus II, Cilincing; SMP Tarakanita I, II, III dan IV. THS dikembangkan oleh beberapa Pastor, beberapa Suster, beberapa Frater, beberapa orang tua, beberapa Seminaris dan sekelompok muda-mudi Katolik yang senang untuk membina anak muda.
Pada tahun 1985, bertepatan dengan ditetapkannya sebagai Tahun Pemuda Internasional, pada tanggal 10 November 1985 yang juga bertepatan dengan hari Pahlawan, diresmikanlah di Gelanggang Remaja Jakarta Utara berdirinya Organisasi Beladiri Pencak Silat Katolik Tunggal Hati Seminari. Syukur kepada Tuhan, anggota yang tercatat berjumlah 223 orang.
Sejarah Tunggal Hati Maria (THM)
Awal tahun 1986, puteri-puteri Gereja tidak mau ketinggalan untuk turut serta dalam kegiatan ini. Mereka ada di Paroki St. Fransiskus, Tanjung Priok dan di SMP St. Fransiskus II, Kampung Ambon, yang segera disusul puteri-puteri Paroki St. Anna, Duren Sawit. Pada tanggal 10 November 1986, bertepatan dengan hari Pahlawan dan Hari Ulang Tahun THS yang pertama, diresmikan pulalah Organisasi Beladiri Pencak Silat Katolik Tunggal Hati Maria (THM) oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Departemen Agama RI, Bapak Ignatius Imam Kuseno Miharjo, dan direstui oleh Pastor Paroki Romo Martinus Hadiwijoyo Pr. dan Pastor Purbo Tamtomo Pr. Bertempat di Gereja St. Bonaventura, Pulomas, Jakarta Timur. Jumlah THS-THM sudah tercatat sebanyak 637 orang.
Awal tahun 1986, puteri-puteri Gereja tidak mau ketinggalan untuk turut serta dalam kegiatan ini. Mereka ada di Paroki St. Fransiskus, Tanjung Priok dan di SMP St. Fransiskus II, Kampung Ambon, yang segera disusul puteri-puteri Paroki St. Anna, Duren Sawit. Pada tanggal 10 November 1986, bertepatan dengan hari Pahlawan dan Hari Ulang Tahun THS yang pertama, diresmikan pulalah Organisasi Beladiri Pencak Silat Katolik Tunggal Hati Maria (THM) oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Departemen Agama RI, Bapak Ignatius Imam Kuseno Miharjo, dan direstui oleh Pastor Paroki Romo Martinus Hadiwijoyo Pr. dan Pastor Purbo Tamtomo Pr. Bertempat di Gereja St. Bonaventura, Pulomas, Jakarta Timur. Jumlah THS-THM sudah tercatat sebanyak 637 orang.
Nama organisasi ini adalah Tunggal Hati Seminari – Tunggal Hati Maria yang disingkat menjadi THS-THM.
THS didirikan pada hari Pahlawan tanggal 10 November 1985 di Gelanggang Remaja Jakarta Utara. THM didirikan pada tanggal 10 November 1986 di Gereja Katolik Santo Bonaventura, Pulomas, Jakarta.
Pusat Organisasi THS-THM berkedudukan di Ibukota Republik Indonesia.
Asas
Tunggal Hati Seminari dan Tunggal Hati Maria berasaskan Pancasila dan beriman Katolik
THS didirikan pada hari Pahlawan tanggal 10 November 1985 di Gelanggang Remaja Jakarta Utara. THM didirikan pada tanggal 10 November 1986 di Gereja Katolik Santo Bonaventura, Pulomas, Jakarta.
Pusat Organisasi THS-THM berkedudukan di Ibukota Republik Indonesia.
Asas
Tunggal Hati Seminari dan Tunggal Hati Maria berasaskan Pancasila dan beriman Katolik
Sifat
Kehidupan dan hubungan dalam THS-THM bersifat kekeluargaaan, persaudaraan, kebersamaan dan kesetiakawanan dengan semangat Katolik.
Kehidupan dan hubungan dalam THS-THM bersifat kekeluargaaan, persaudaraan, kebersamaan dan kesetiakawanan dengan semangat Katolik.
Visi
Visi THS-THM adalah terciptanya kader Katolik Indonesia yang sejati.
Visi THS-THM adalah terciptanya kader Katolik Indonesia yang sejati.
Misi
Misi THS-THM adalah :
1. Memuliakan Tuhan Yesus dan Bunda Maria dengan menjadi garam dan terang dunia
2. Mempertahankan Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia
3. Mengembangkan dan memperkuat komunitas basis di tempat-tempat kegiatan
4. Menjaga dan mengembangkan keberagaman budaya Indonesia
Misi THS-THM adalah :
1. Memuliakan Tuhan Yesus dan Bunda Maria dengan menjadi garam dan terang dunia
2. Mempertahankan Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia
3. Mengembangkan dan memperkuat komunitas basis di tempat-tempat kegiatan
4. Menjaga dan mengembangkan keberagaman budaya Indonesia
Kemandirian
Organisasi THS-THM dibentuk oleh rohaniwan Katolik dan kaum awam Katolik secara mandiri dengan tidak berafiliasi pada salah satu organisasi politik manapun
Organisasi THS-THM dibentuk oleh rohaniwan Katolik dan kaum awam Katolik secara mandiri dengan tidak berafiliasi pada salah satu organisasi politik manapun
Tujuan
Tujuan THS-THM adalah sebagai berikut:
a. membina dan mengembangkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sikap mental, nilai-nilai dan tingkah laku yang baik sehingga setiap anggota THS-THM menemukan kepribadian/jatidirinya sendiri dalam beriman Katolik.
b. membina dan mengembangkan aspek olahraga, beladiri pencak silat, mental spiritual, kebangsaan, seni budaya dan kesehatan dalam menuju masyarakat yang berbudi pekerti luhur sebagai sarana pembangunan manusia seutuhnya.
Tujuan THS-THM adalah sebagai berikut:
a. membina dan mengembangkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sikap mental, nilai-nilai dan tingkah laku yang baik sehingga setiap anggota THS-THM menemukan kepribadian/jatidirinya sendiri dalam beriman Katolik.
b. membina dan mengembangkan aspek olahraga, beladiri pencak silat, mental spiritual, kebangsaan, seni budaya dan kesehatan dalam menuju masyarakat yang berbudi pekerti luhur sebagai sarana pembangunan manusia seutuhnya.
Fungsi
THS-THM berfungsi sebagai wadah perjuangan kaum awam Katolik untuk mencapai tujuan organisasi dan pembinaan bagi anggota-anggotanya.
THS-THM berfungsi sebagai wadah perjuangan kaum awam Katolik untuk mencapai tujuan organisasi dan pembinaan bagi anggota-anggotanya.
Semboyan
Semboyan THS-THM adalah Pro Patria et Ecclesia yang berarti “Untuk Tanah Air dan Gereja”.
Semboyan THS-THM adalah Pro Patria et Ecclesia yang berarti “Untuk Tanah Air dan Gereja”.
Motto
Motto perjuangan THSTHM adalah Fortiter In Re, Suaviter In Modo yang berarti “kokoh kuat dalam prinsip, luwes lembut cara mencapainya”.
Motto perjuangan THSTHM adalah Fortiter In Re, Suaviter In Modo yang berarti “kokoh kuat dalam prinsip, luwes lembut cara mencapainya”.
Janji Prasetya
Janji Prasetya Anggota Organisasi Tunggal Hati Seminari-Tunggal Hati Maria berbunyi:
Dengan kemauan sendiri dan itikad baik saya menyatakan: bersedia menjadi anggota Organisasi Tunggal Hati Seminari-Tunggal Hati Maria dengan segala tanggung jawabnya. Apabila saya melanggar ketentuan yang telah digariskan oleh organisasi maka saya bersedia dikeluarkan dari organisasi.
Maka saya berjanji:
1. Bersedia menjadi pribadi yang rendah hati
2. Berani menjaga, membela dan mengembangkan nama baik Organisasi
3. Taat dan setia sampai mati bagi Gereja Katolik Roma
4. Bersedia taat dan patuh kepada orang tua
5. Menghayati dan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Semoga Tuhan Yesus dan Bunda Maria berkenan memberkati Janji Prasetya saya ini, Amin.
Janji Prasetya ini wajib dikumandangkan oleh semua anggota pada setiap kegiatan THS-THM.
Janji Prasetya Anggota Organisasi Tunggal Hati Seminari-Tunggal Hati Maria berbunyi:
Dengan kemauan sendiri dan itikad baik saya menyatakan: bersedia menjadi anggota Organisasi Tunggal Hati Seminari-Tunggal Hati Maria dengan segala tanggung jawabnya. Apabila saya melanggar ketentuan yang telah digariskan oleh organisasi maka saya bersedia dikeluarkan dari organisasi.
Maka saya berjanji:
1. Bersedia menjadi pribadi yang rendah hati
2. Berani menjaga, membela dan mengembangkan nama baik Organisasi
3. Taat dan setia sampai mati bagi Gereja Katolik Roma
4. Bersedia taat dan patuh kepada orang tua
5. Menghayati dan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Semoga Tuhan Yesus dan Bunda Maria berkenan memberkati Janji Prasetya saya ini, Amin.
Janji Prasetya ini wajib dikumandangkan oleh semua anggota pada setiap kegiatan THS-THM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar